Bulan Syaban: Doa, puasa dan sholat nisfu sya'ban beserta keutamaannya (Lengkap)

Artinya kita dilatih terlebih dahulu dalam menghadapi bulan suci Ramadhan dimana bulan yang paling istimewa, didalamnya terdapat malam yang paling agung (Lailatur Qadar) dan juga kitab suci Alquran pertama kali diturunkan pada bulan ini.
Apa itu bulan Syaban
Bulan Syaban adalah bulan ke-8 dari perhitungan Hijriyah, dimana dalam kitab karya Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki Alhasani ماذا في شعبان (Ma dza Fi Sya’ban ) penamaan Sya'ban ulama berbeda pendapat.
وسمي شعبان لأنه يتشعب منه خير كثير
وقيل معناه شاع بان
Dan sebagian ulama berpendapat Sya'ban berasal dari lafadz Sya'a Ban yang berarti Terpancarnya keutamaan.
وقيل مشتق من الشِعب (بكسر الشين) وهو طريق في الجبل فهو طريق الخير
Dan menurut pendapat lain nama Sya'ban berasal dari Lafadz Assyi'bu yang bermakna jalan ke atas gunung (Jalan menuju kebaikan).
وقيل من الشَعب (بفتحها) وهو الجبر فيجبر الله فيه كسر القلوب، وقيل غير ذلك
Dan ada juga yang mengatakan diambil dari lafadz Assya'bu, secara bahasa berarti "Manambal", Maka secara istilah Allah menambal dan menutupi kegundahan hati hambaNya.
Sementara menurut Ibnu Hajar penamaan ini karena pada pada masa tersebut orang-orang sibuk mencari air setelah berlalunya bulan rajab.
Sementara Nisfu secara harfiah bermakna Separuh, jadi Nisfu Sya'ban adalah pertengahan dari bulan Sya'ban. Dalam dunia keislamam diidentik dengan malam tanggal 15. Karena hitungan hijriah berpedoman dengan berputarnya bulan, maka permulaan tanggal mulai sejak terbitnya bulan atau terbenamnya matahari.
Tidak ada perbadaan antara bulan Sya'ban dengan bulan-bulan lainnya kecuali baginda nabi lebih memperbanyak puasa sunnah dibulan yang mulia ini.
Puasa Sunnah Sya'ban
Pertama yang akan saya ulas dari beberap amalan yang sangat dianjurkan adalah tentang berpuasa di bulan Sya'ban. Karena amalan paling utama yaitu menghidupkan bulan ini dengan berpuasa untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Puasa sunnah terbanyak yang dilakukan oleh baginda nabi Muhammad SWA yaitu pada bulan ini. Banyak Hadits shohih Nabi 'alaihi wa sallam yang menganjurkan memperbanyak puasa yang diriwayatkan oleh Syakhon (Imam Bukhori dan muslim) dan beberapa riwayat lainnya.
Untuk jelasnya silahkan simak dan baca baik-baik agar paham. Semoga Allah memberikan pemahaman kepada Anda. Amin..
Hadist pertama
Dari Sayyidah Aisyah Ridiyallahu Anha
كانَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَصُومُ حتَّى نَقُولَ: لا يُفْطِرُ، ويُفْطِرُ حتَّى نَقُولَ: لا يَصُومُ، فَما رَأَيْتُ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إلَّا رَمَضَانَ، وما رَأَيْتُهُ أكْثَرَ صِيَامًا منه في شَعْبَانَ، روه البخارى و مسلم [1].
Arti hadist
كانَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَصُومُ حتَّى نَقُولَ: لا يُفْطِرُ
Rosulullah Shollallahu 'Alaihi wa Sallama terbiasa melakukan puasa hingga kami katakan beliau tidak berbuka
وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ
Dan Nabi berbuka hingga kami katakan Rosulullah tidak berpuasa
فَما رَأَيْتُ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إلَّا رَمَضَانَ
Maka Saya tidak pernah melihat Rosulullah Sollallahu 'Alaihi wa Sallama berpuasa penuh (Sempurna) selama satu bulan kecuali di bulan Ramadhan.
وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
Dan aku juga tidak melihat beliau lebih banyak berpuasa sunnah daripada bulan sya'ban. (Artinya baginda nabi paling banyak melakukan puasa sunnah di bulan Sya'ban).
Hadist kedua
Sayyidah Aisyah juga berkata
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا حَدَّثَتْهُ قَالَتْ لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ. وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً دَاوَمَ عَلَيْهَا ( رواه والبخارى و أحمد، لفظه للبخارى)
Arti arti hadist
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا حَدَّثَتْهُ قَالَتْ:
Telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Fadhalah, telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Yahya dari Abu Salamah sesungguhnya 'Aisyah radliallahu 'anha menceritakan kepadanya, Ia berkata:
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ.
Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallama tidak pernah berpuasa lebih banyak dalam sebulan daripada bulan Sya'ban, karen sesungguhnya Beliau melaksanakan puasa Sya'ban seluruhnya.
وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا
Dana Beliau (Nabi) berkata: Lakukanlah amal yang kalian sanggup melaksanakannya, karena sesungguhnya Allah tidak akan berpaling (dalam memberikan pahala) sampai kalian yang berpaling (dari mengerjakan amal).
وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً دَاوَمَ عَلَيْهَا
Dan shalat yang paling Nabi cintai adalah shalat yang dilaksanakan secara kesinambungan walaupun sedikit. Dan apabila Beliau sudah terbiasa melaksanakan shalat (sunnat), maka Beliau menjaga kesinambungannya".
Selain hadist diatas masih banyak hadist-hadist lain yang menekankan kesunnahan puasa Sya'ban.
Dalam hadist tersebut bisa disimpulkan bahwa kanjeng Nabi sangat banyak berpuasa. Perlu digaribawahi arti melaksana penuh selama satu bulan Bukan berarti full. Karena pada bulan sya'ban nabi melarang melaksanakan puasa jika sudah mendekati ramadhan.
عن أبي هريرة قال: قال رسولُ الله ﷺ: لا تقدموا رمضان بصوم يومٍ ولا يومين، إلا رجلٌ كان يصوم صومًا فليصُمْه. متفقٌ عليه.
Dari Abu hurairah Radhiyallahu Anh, ia berkata: Nabi muhammad Shallahu Alaihi wa sallam bersabda: Janganlah kalian melakukan puasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan, kecuali bagi seseorang yang sudah terbiasa melaksanakan puasa, maka bolehlah ia berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kesimpulannya dari keselurahan makna hadist adalah memperbanyak ibadah puasa di bulan syaban sunnah nabi. Namun tidak boleh berpuasa satu atau dua hari diakhir bulan tersebut. Kecuali bagi seseorang yang memiliki kebisaan puasa sunnah seperti puasa Senin Kamis dan puasa Daud.
Niat puasa Sya'ban
Semua pekerjaan perlu ada niat dalam melaksanakannya. Karena hal itu sudah ketentuan dari Nabi Muhammad. Dan niat itu tempatnya dihati bukan di lisan. Sementara jika diucapkan di lisan itu nama Talaffudz niat (Melafalkan niat), ini tidak wajib.
Dalam hadist Beliau berkata: Segala amal tergantung dengan niat
عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ” إنما الأعمال بالنيات , وإنما لكل امرئ ما نوى , فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله , ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها و امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه
(متفق عليه)[2].
عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال
Dari Amirul mukminin Abu Hafz, Umar bin Khottab Rodiyallahu Anh berkata
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول
Aku mendengar Rasulullah Shollahu Alaihi Wasallama bertakata
إنما الأعمال بالنيات , وإنما لكل امرئ ما نوى
Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya.
فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله
Maka barang siapa yang hijrahnya (Keinginannya) kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya
ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها و امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه
Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ia inginkan.
Fungsi niat pada dasarnya ada dua:
Pertama للتميز (untuk membedakan antara kebiasaan dan ibadah). Contoh misalnya puasa sunnah. Orang tidak makan dan tidak minum belum tentu dia berpuasa. Jika ia niati puasa maka akan mendapat pahala. Jika hanya tidak makan dan tidak minum tanpa niat, maka pekerjaan tersebut tidak dikatagorikan ibadah, termasuk niat puasa sya'ban dan lainnya.
Kedua للقرب (untuk mendekatkan diri kepada Allah / Mendapatkan pahala), disini pekerjaan apa saja (Mubah) dapat bernilai pahala jika diniati baik. Seperti tidur, makan yang diniati agar nanti mampu beribadah maka pekerjaan ini bisa memperoleh ganjaran dari Allah.
Lafadz niat puasa sya'ban Arab, Latin dan Artinya sebagai berikut
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى
Latin: Nawaitu showma ghadin 'an adaa'i sunnati Sya‘bana lillahi ta'ala
Artinya: Aku berniat puasa sunnah syaban esok hari Allah ta'ala.
Niat ini harus dilakukan setiap kali ingin berpuasa dan tidak harus dilakukan dimalam hari (Sebelum fajar). Melainkan bisa dilakukan di siang hari. Karena niat untuk puasa sunnah berbeda dengan puasa wajib. Contoh ada seseorang tidak makan dan minum (tidak melakukan perkara yang membatalkan puasa) sejak terbit fajar (Subuh) hingga siang hari (misal sampai Dhuhur) dan kemudian ia berniat untuk berpuasa pada waktu itu juga, maka puasanya sah. Sementara pahalanya (yang bernilai ibadah) sejak melakukan niat tersebut. Artinya sebelum dhuhur tidak bernilai pahala.
Dasarnya yaitu hadist nabi yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah
وحدثنا أبو كامل فضيل بن حسين حدثنا عبد الواحد بن زياد حدثنا طلحة بن يحيى بن عبيد الله حدثتني عائشة بنت طلحة عن عائشة أم المؤمنين رضي الله عنها قالت قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم يا عائشة هل عندكم شيء قالت فقلت يا رسول الله ما عندنا شيء قال فإني صائم قالت فخرج رسول الله صلى الله عليه وسلم فأهديت لنا هدية أو جاءنا زور قالت فلما رجع رسول الله صلى الله عليه وسلم قلت يا رسول الله أهديت لنا هدية أو جاءنا زور وقد خبأت لك شيئا قال ما هو قلت حيس قال هاتيه فجئت به فأكل ثم قال قد كنت أصبحت صائما قال طلحة فحدثت مجاهدا بهذا الحديث فقال ذاك بمنزلة الرجل يخرج الصدقة من ماله فإن شاء أمضاها وإن شاء أمسكها. رواه مسلم.
Arti hadist
وحدثنا أبو كامل فضيل بن حسين حدثنا عبد الواحد بن زياد حدثنا طلحة بن يحيى بن عبيد الله حدثتني عائشة بنت طلحة عن عائشة أم المؤمنين رضي الله عنها قالت
Telah menceritakan kepada kami (Abu Kamil Fudlail bin Husain) Telah menceritakan kepada kami (Abdul Wahid bin Ziyad) telah menceritakan kepada kami (Thalhah bin Yahya bin Ubaidullah) telah menceritakan kepadaku (Aisyah binti Thalhah) dari (Sayyidah Aisyah) radliallahu 'anha, ia berkata;
قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم يا عائشة هل عندكم شيء
Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallama bertanya kepadaku: 'Wahai Aisyah, apakah kamu ada makanan?'
قالت فقلت يا رسول الله ما عندنا شيء
Aisyah berkata, maka aku menjawab; Wahai Rasulullah aku tidak memiliki makanan
قال فإني صائم
Maka Rasulullah berkata; kalau begitu aku berpuasa
قالت فخرج رسول الله صلى الله عليه وسلم فأهديت لنا هدية أو جاءنا زور
Aisyah berkata; maka Rasulullah keluar dan tak lama kemudian aku diberi makanan - atau dalam riwayat lain - datang tamu kepada kami
قالت فلما رجع رسول الله صلى الله عليه وسلم قلت يا رسول الله أهديت لنا هدية أو جاءنا زور وقد خبأت لك شيئا
Aisyah berkata; Maka ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallama kembali saya berkata ' kami diberi makanan makanan / datang kepada kami seorang memberi makanan dan aku simpan untukmu
قال ما هو قلت حيس
Beliau bertanya; makanan apa itu? Aku menjawab; kue hais (kue yang terbuat dari kurma, keju dan minyak samin)
قال هاتيه فجئت به فأكل
Beliau berkata; bawalah kemari, maka aku sajikan kue itu dan beliau memakannya
ثم قال قد كنت أصبحت صائما
Kemudian beliau berkata; sunggu dari tadi pagi aku berpuasa.
قال طلحة فحدثت مجاهدا بهذا الحديث فقال ذاك بمنزلة الرجل يخرج الصدقة من ماله فإن شاء أمضاها وإن شاء أمسكها
Tholhah berkata; kemudian aku bercerita kepada mujahid tentang hadist ini, maka ia berkata; Hal itu seperti halnya seorang laki-laki yang mengeluarkan sedaqah dari sebagian hartanya. Jika ingin, ia akan mengeluarkannya, dan jika tidak, maka ia akan menahannya.
Bisa diambil kesimpulan dari hadist tersebut bahwa membatalkan puasa sunnah tetap mendapat pahala dengan catatan tidak main-main. Karena Rasulullah pernah berpuasa dan membatalkannya (karena nabi shohibus syariah) semua pekerjaan dan berkataan nabi bisa menjadi pedoman hukum.
Tata Cara Sholat Nisfu Sya'ban
Sebenarnya sholat sunnah pada nisfu syaban sama dengan shalat sunnah pada umumnya seperti sholat mutlak, namun tidak masalah diniati dengan niat lain dengan catatan sholat tersebut ikhlas karena Allah Subhanahu Wata'ala.
Hukum ini disampaikan oleh Abuya Sayyid Muhammad Al maliki Al hasani
لا يقدح في نية المصلي إذا ما نوى بعد الإخلاص لله بصلاته نية أخرى مندرجة تحت نيته الأصلية ومضافة إليها
"Tidak tercela dalam niat orang yang shalat (Musholli) setelah ia meniati shalatnya dengan ikhlas karena Allah memasukkan niat lain ke dalam niat tersebut dan niat itu ditambahkan kepadanya."
Beliau berlandasan hadist tentang anjuran sholat dua rakaat hajat (Karena hal tertentu) sebagimana hadist dibawah ini
مَنْ كَانَتْ لَهُ إِلَى اللهِ حَاجَةٌ، أَوْ إِلَى أَحَدٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلْيَتَوَضَّأْ وَلْيُحْسِنِ الْوُضُوءَ، ثُمَّ لِيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ لِيُثْنِ عَلَى اللهِ
“Barang siapa yang memiliki suatu keinginan (hajat), atau kebutuhan kepada seorang bani Adam, maka berwudhulah, dan baguskanlah wudhu tersebut, kemudian shalat lah dua rakaat, setelah itu pujilah Allah"
Berikut tata cara sholat nisfu syaban
- Berwudhu (Bersuci)
- Niat dalam hati dengan bahasa sendiri atau menggunakan bahasa arab[3].
- Membaca doa Iftitah
- Al Fatihah, dan surat Pendek sesuka hati
- Rukuk dengan baca doa rukuk 3x
- Itidal dengan baca doa Itidal 3x
- Sujud dengan baca doa sujud 3x
- Duduk di antara dua sujud, dengan membaca bacaan doanya.
- Sujud kedua.
- Berdiri melakukan rakaat yang kedua.
- Membaca bacaan doa Iftitah, Al Fatihah, diutamakan membaca surah Al Ikhlas
- Duduk tahiyat akhir.
- Mengucap salam.
- Berdoa (lebih baik minta ampunan)
Doa Nisfu Syaban dan artinya
Doa malam nisfu syaban sebagai di rutinkan oleh Syaikhina Maimun Zubair beserta santri beliau yaitu berpedemon pada kitab Kanzun Najah Wassurur.
Pada kita tersebut kaum muslimin dianjurkan pada malam yang berkah menbaca amalan, baik dibaca sendirian atau bersama-sama di masjid dan di tempat lain, dan salah satu dari mereka menuntun doa tersebut atau dia berdoa sementara yang lainnya mengamininya.
Adapun tata caranya adalah berikut:
Setelah usai sholat maghrib, bacalah surat Yasin tiga kali dengan niat:
1. Agar diberi panjang umur. (Kemudian berdoa, red).
2. Agar terhindar dari bala'. (Kemudian berdoa, red).
3. Agar tidak menggantungkan diri dengan orang lain. (Kemudian berdoa, red).
Setiap selesai membaca Surat Yasin, maka diiringi dengan membaca do’a Nishfu Sya’ban.
Inilah doa yang mubarok itu (masyhur/umum).
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَـحْبِهِ وَسَلَّمَ، اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلاَ يُمَنُّ عَلَيْهِ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ، يَا ذَا الطَوْلِ وَالْإِنْعَامِ، لَا إلَهَ اِلَّا اَنْتَ، ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ، وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ، وَمَأْمَنَ الْخَائِفِيْنَ. اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمًا أَوْ مَطْرُوْدًا أَوْ مُقْتَرًا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ، فَامْحُ الَّلهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِيْ وَحِرْمَانِي وَطَرْدِيْ وَاِقْتَارَ رِزْقِيْ، وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، فِيْ كِتَابكَ اْلـمُنْزَلِ، عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ اْلـمُرْسَلِ، يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ. اِلَهِيْ بِالتَّجَلِّي اْلاَعْظَمِ، فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْباَنَ اْلـمُكَرَّمِ، الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا نَعْلَمُ، وَمَا لَا نَعْلَمُ، وَمَا اَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ، اِنَّكَ أَنْتَ اْلأَعَزُّ اْلاَكْرَمُ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Pada kitab itu disebutkan pula riwayat Imam Al-Dairoby tentang amalan Nishfu Sya'ban yaitu membaca Yasin tiga kali dengan niat seperti ditulis di atas, kemudian membaca doa ini sepuluh kali. Insya ALLOH apa yang dikehendaki akan berhasil. Doanya ialah:
إِلَهِيْ جُوْدُك دَلَّنِيْ عَلَيكَ، وَإِحْسَانُكَ قَرَّبَنِي إِلَيكَ، أَشْكُوْ إِلَيْكَ مَا لَا يَخفَى عَلَيْكَ، وَأَسْأَلُكَ مَا لَا يَعْسُرُ عَلَيْكَ، إِذْ عِلمُكَ بِحَالِيْ يَكْفِيْ عَنْ سُؤَالِيْ، يَا مُفَرِّجَ كُرَبِ الْمَكْرُوْبِيْنَ، فَرِّجْ عَنِّيْ مَا أَنَا فِيْهِ، لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ سُبحَانَكَ إِنِّيْ كُنُتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجِّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِيْنَ.
Kemudian dilanjutkan dengan doa yang pertama (doa mubarok)
Doa di atas adalah minimal. Sementara Doa yang lebih sempurna sebagi berikut:
إِلَهِيْ تَعَرَّضَ إِلَيْكَ فِيْ هذِهِ اللَّيْلَةِ الْمُتَعَرِّضُوْنَ، وَقَصَدَكَ وَأَمَّلَ مَعْرُوْفَكَ وَفَضْلَكَ الطَّالِبُوْنَ، وَرَغَبَ إِلَى جُوْدِكَ وَكَرَمِكَ الرَّاغِبُوْنَ، وَلَكَ فِي هذِهِ اللَّيْلَةِ نُفَحَاتٌ، وعَطَايَا وَجَوَائِزُ، وَمَوَاهِبُ وَهَبَّاتٌ، تَمُنُّ بِهَا عَلَى مَنْ تَشَاءُ مِنْ عِبَادِكَ، وَتَخُصُّ بِهَا مَنْ أَحْبَبْتَهُ مِنْ خَلْقِكَ، وَتَمْنَعُ وَتَحْرُمُ مَنْ لَمْ تَسْبِقْ لَهُ الْعِنَايَةُ مِنْكَ،
فَأَسْأَلُكَ يَا اللهُ بِأَحَبِّ الأَسْمَاءِ إِلَيْكَ، وَأَكْرَمِ الْأَنْبِيَاءِ عَلَيْكَ، أَنْ تَجْعَلَنِيْ مِمَّنْ سَبَقَتْ لَهُ مِنْكَ الْعِنَايَةُ، وَاجْعَلْنِيْ مِنْ أَوْفَرِ عِبَادِكَ وَأَجْزَلِ خَلْقِكَ حَظًّا وَنَصِيْبًا وَقِسْمًا وَهِبَةً وَعَطِيَّةً فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، تَقْسِمُهُ فِيْ هذِهِ اللَّيْلَةِ أَوْ فِيْمَا بَعْدَهَا، مِنْ نُوْرٍ تَهْدِيْ بِهِ، أَوْ رَحْمَةٍ تَنْشُرُهَا، أَوْ رِزْقٍ تَبْسُطُهُ، أَوْ ضُرٍّ تَكْشِفُهُ، أَوْ ذَنْبٍ تَغْفِرُهُ، أَوْ شِدَّةٍ تَدْفَعُهَا، أَوْ فِتْنَةٍ تَصْرِفُهَا، أَوْ بَلَاءٍ تَرْفَعُهُ، أَوْ مُعَافَاةٍ تَمُنُّ بِهَا، أَوْ عَدُوٍّ تَكْفِيْهِ، فَاكْفِنِيْ كُلَّ شَرٍّ، وَوَفِّقْنِيَ اللَّهُمَّ لِمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ، وَارْزُقْنِيَ الْعَافِيَةَ وَالْبَرَكَةَ وَالسَّعَةَ فِي الْأَرْزَاقِ، وَسَلِّمْنِيْ مِنَ الرِّجْزِ وَالشِّرْكِ وَالنِّفَاقِ.
اَللَّهُمَّ إِنَّ لَكَ نَسَمَاتِ لُطْفٍ، إِذَا هَبَّتْ عَلَى مَرِيْضِ غَفْلَةٍ شَفَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ نَفَحَاتِ عَطْفٍ، إِذَا تَوَجَّهَتْ إِلَى أَسِيْرِ هَوًى أَطْلَقَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ عِنَايَاتِ، إِذَا لَاحَظَتْ غَرِيْقًا فِيْ بَحْرِ ضَلَالَةٍ أَنْقَذَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ سَعَادَاتٍ، إِذَا أَخَذَتْ بِيَدِ شَقِيٍّ أَسْعَدَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ لَطَائِفَ كَرَمٍ، إِذَا ضَاقَتِ الْحِيْلَةُ لِمُذْنِبٍ وَسَعَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ فَضَائِلَ وَنِعَمًا، إِذَا تَحَوَّلَتْ إِلَى فَاسِدٍ أَصْلَحَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ نَظَرَاتِ رَحْمَةٍ، إِذَا نَظَرَتْ بِهَا إِلَى غَافِلٍ أَيْقَظَتْهُ.
فَهَبْ لِيَ اللَّهُمَّ مِنْ لُطْفِكَ الْخَفِيِّ نَسَمَةً، تَشْفِيْ مَرْضَ غَفْلَتِي، وَانْفَحْنِيْ مِنْ عَطْفِكَ الوَفِيِّ نَفْحَةً طَيِّبَةً، تُطْلِقُ بِهَا أَسْرِي مِنْ وَثَاقِ شَهْوَتِيْ، وَالْحَظْنِيْ وَاحْفَظْنِيْ بِعَيْنِ عِنَايَتِكَ مُلَاحَظَةً، تُنْقِذُنِيْ بِهَا، وَتُنْجِيْنِيْ بِهَا مِنْ بَحْرِ الضَّلَالَة، وَآتِنِيْ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، تُبَدِّلُنِي بِهَا سَعَادَةً مِنْ شَقَاوَةٍ، وَاسْمَعْ دُعَائِيْ، وَعَجِّلْ إِجَابَتِيْ، وَاقْضِ حَاجَتِيْ وَعَافِنِيْ، وَهَبْ لِيْ مِنْ كَرَمِكَ وَجُوْدِكَ الْوَاسِعِ مَا تَرْزُقُنِيْ بِهِ الْإِنَابَةَ إِلَيْكَ مَعَ صِدْقِ اللَّجَأِ وَقَبُوْلِ الدُّعَاِء، وَأَهِّلْنِيْ لِقَرْعِ بَابِكَ لِلدُّعَاءِ يَا جَوَادُ، حَتَّى يَتَّصِلَ قَلْبِيْ بِمَا عِنْدَكَ، وَتُبَلِّغُنِيْ بِهَا إِلَى قَصْدِكَ يَا خَيْرَ مَقْصُوْدٍ وَأَكْرَمَ مَعْبُوْدٍ، اِبْتِهَالِيْ وَتَضَرُّعِيْ فِيْ طَلَبِ مَعُوْنَتِكَ، وَأَتَّخِذُكَ يَا إِلَهِيْ مَفْزَعًا وَمَلْجَأً، أَرْفَعُ إِلَيْكَ حَاجَتِيْ وَمَطَالِبِيْ وَشَكَوَايَ، وَأُبْدِي إِلَيْكَ ضُرِّي، وَأُفَوِّضُ إِلَيْكَ أَمْرِي وَمُنَاجَاتِيْ، وَأَعْتَمِدُ عَلَيْكَ فِيْ جَمِيْعِ أُمُوْرِيْ وَحَالَاتِيْ.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ وَهذِهِ اللَّيْلَةَ خَلْقٌ مِنْ خَلْقِكَ، فَلَا تَبْلُنِيْ فِيْهَا وَلَا بَعْدَهَا بِسُوْءٍ وَلَا مَكْرُوْهٍ، وَلَا تُقَدِّرْ عَلَيَّ فِيْهَا مَعْصِيةً وَلَا زَلَّةً، وَلَا تُثْبِتْ عَلَيَّ فِيْهَا ذَنْبًا، وَلَا تَبْلُنِيْ فِيْهَا إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ، وَلَا تُزَيِّنْ لِيْ جَرَاءَةً عَلَى مَحَارِمِكَ، وَلَا رُكُوْنًا إِلَى مَعْصِيَتِكَ، وَلَا مَيْلاً إِلَى مُخَالَفَتِكَ، وَلَا تَرْكًا لِطَاعَتِكَ، وَلَا اِسْتِخْفَافًا بِحَقِّكَ، وَلَا شَكًّا فِيْ رِزْقِكَ، فَأَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ نَظْرَةً مِنْ نَظَرَاتِكَ، وَرَحْمَةً مِنْ رَحْمَاتِكَ، وَعَطِيَّةً مِنْ عَطِيَّاتِكَ اللَّطِيْفَةِ، وَارْزُقْنِيْ مِنْ فَضْلِكَ، وَاكْفِنِيْ شَرَّ خَلْقِكَ، وَاحْفَظْ عَلَيَّ دِيْنَ الْإِسْلَامِ، وَانْظُرْ إِلَيْنَا بِعَيْنِكَ الَّتِيْ لَا تَنَامُ. وَآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (ثلاثا).
إِلَهِيْ بِالتَّجَلِّي الأَعْظَمِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الشَّهْرِ الأَكْرَمِ، الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ، اِكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ، وَاغْفِرْ لَنَا مَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ (ثلاثا).
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُ مِنْ كُلِّ مَا تَعْلَمُ، إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَاَ تَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا أَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ. اَللَّهُمَّ إِنَّ الْعِلْمَ عِنْدَكَ، وَهُوَ عَنَّا مَحْجُوْبٌ، وَلَا نَعْلَمُ أَمْرًا نَخْتَارُهُ لِأَنْفُسِنَا، وَقَدْ فَوَّضْنَا إِلَيْكَ أُمُوْرَنَا، وَرَفَعْنَا إِلَيْكَ حَاجَاتِنَا، وَرَجَوْنَاكَ لِفَاقَاتِنَا وَفَقْرِنَا، فَارْشُدْنَا يَا اَللهُ، وَثَبِّتْنَا وَوَفِّقْنَا إِلَى أَحَبِّ الْأُمُوْرِ إِلَيْكَ، وَأَحْمَدِهَا لَدَيْكَ، فَإِنَّكَ تَحْكُمُ بِمَا تَشَاءُ، وَتَفْعَلُ مَا تُرِيْدُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظَيْمِ.
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
سُبْحَانَ رَبِكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Dan ditambah dengan doa:
اَللَّهُمَّ إِذْ أَطْلَعْتَ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ عَلَى خَلْقِكَ، فَعُدْ عَلَيْنَا بِمَنِّكَ وَعِتْقِكَ، وَقَدِّرْ لَنَا مِنْ فََضْلِكَ، وَوَسِِّعْ رِزْقَكَ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ يَقُوْمُ لَكَ فِيْهَا بِبَعْضِ حَقِّكَ.
اَللَّهُمَّ مَنْ قَضَيْتَ فِيْهَا بِوَفَاتِهِ، فَاقْضِ مَعَ ذَلِكَ رَحْمَتَكَ، وَمَنْ قَدَّرْتَ فِيْهَا طُوْلَ حَيَاتِهِ، فَاجْعَلْ مَعَ ذَلِكَ نِعْمَتَكَ، وَبَلِّغْنَا مَا لاَ تَبْلُغُ اْلآمَالُ إِلَيْهِ، يَا خَيْرَ مَنْ وَقَفَتِ اْلأَقْدَامُ بَيْنَ يَدَيْهِ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن.
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ خَلْقِهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ[4].
Keutamaan malam Nisfu Sya'ban
Pada malam nisfu syaban ini memiliki keutamanaa sebagimana yang terangkan dalam hadist hadist nabi
قام رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم من اللَّيلِ يُصلِّي ، فأطال السُّجودَ حتَّى ظننتُ أنَّه قد قُبِض ، فلمَّا رأيتُ ذلك قُمتُ حتَّى حرَّكتُ إبهامَه فتحرَّك فرجعتُ ، فلمَّا رفع إليَّ رأسَه من السُّجودِ وفرغ من صلاتِه ، قال : يا عائشةُ - أو يا حُميراءُ - أظننتِ أنَّ النَّبيَّ قد خاس بك ، قلتُ : لا واللهِ ، يا رسولَ اللهِ ، ولكنَّني ظننتُ أنَّك قُبِضتَ لطولِ سجودِك ، فقال : أتدرين أيُّ ليلةٍ هذه ؟ قلتُ : اللهُ ورسولُه أعلمُ ، قال : هذه ليلةُالنِّصفِ من شعبانَ ، إنَّ اللهَ - عزَّ وجلَّ - يطَّلِعُ على عبادِه في ليلةِ النِّصفِ من شعبانَ ، فيغفِرُ للمستغفرين ، ويرحمُ المسترحمين ، ويؤخِّرُ أهلَ الحقدِ كما هم
Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallama bangun pada malam (nisfu syaban) dan melakukan shalat dengan lama bersujud, sehingga aku menyangka beliau telah diambil (dikira wafat karena saking lamanya bersuju). karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Ketika beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan selesai dari shalatnya, beliau berkata, “Wahai Asiyah - atau Wahai Humaira', apakah kamu mengira bahwa Rasulullah tidak memberikan hakmu kepadamu?”Aku menjawab, “ Demi Allah, Tidak ya Rasulallah, namun Aku menyangka bahwa engkau telah dipanggil Allah karena sujud Anda sangat lama.” Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kamu malam apa ini?” Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.”Beliau bersabda, “Ini adalah malam nisfu sya’ban (pertengahan bulan sya’ban). Dan Allah mendatangi hamba-hamba-Nya di malam nisfu syaban dan memberi ampunan kepada orang yang minta ampun, mengasihi orang yang minta dikasihi, namun menunda orang yang hasud (dengki) sebagaimana perilaku mereka.” (HR Al-Baihaqi, Syu'bul Iman 3/140/5 )
Kesimpulannya
Allah akan mengampuni siapa saja yang minta maaf (Minta ampunan)
Memberi rahmah kepada hambanya yang meminta belas kasihnya
Memberikankan Risqi kepada kita yang memohon rizqi kepadaNya
Catatan kaki
[1] Dari Aisyah (Istri nabi) Radiyallahu Anha, diriwayatkan oleh Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156.
[2] Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadis yaitu yang mashur dikenal dengan sebutan Imam Bukhori, nama aslinya Abu Abdullah, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara, sekarang di negara Uzbekistan) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi)
[3] Usholli sunnatan nisfu sya'baana rak'ataini lillahi ta'ala"
Artinya: "Saya akan bersholat sunnat Nisfu Sya'ban dua rakaat karena Allah Ta'ala"
Jika dikerjaka pada malam hari, bacaan niatnya sebagai ini:
"Usholli sunnata lailati nisfu sya'baana rok'ataini lillahi ta'alaa"
Artinya: "Saya shalat sunnat malam Nisfu Sya'ban dua rakaat karena Allah Ta'ala"
[3] Disadur dari tulisan Kanthongumur (Kiai wahyudi khadam syaikh Maimun Zubair)
Belum ada Komentar untuk "Bulan Syaban: Doa, puasa dan sholat nisfu sya'ban beserta keutamaannya (Lengkap)"
Posting Komentar